Paskah HKBP Parapat

Pada Perayaan Paskah tahun ini, Gereja HKBP Parapat melaksanakan ibadah diiringi dengan musik tradisional Batak (uninguningan). Hal ini dimaksudkan agar gereja juga bisa turut menjaga dan mempertahankan  kelestarian  musik tradisional. Demikian diungkapkan bapak Pendeta HKBP Parapat, Pdt. Antoni Manurung STh. Hal ini dilakukan mengingat kota Parapat adalah kota pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. “Alangkah baiknya jika ibadah juga bisa berkaitan dengan pengembangan pariwisata,” tuturnya. Dalam Perayanan Paskah tahun ini, gereja HKBP Parapat juga melaksanakan ibadah sebanyak tiga kali yaitu  pagi,  siang dan sore. Keseluruhannya diiringi musik uninguningan. Khususnya pada kebaktian sore hari, atau yang biasa disebut marulaon na hohom, musik tradisional juga dilibatkan mengiringi detik-detik kematian Yesus di kayu salib. “Ini menandakan bahwa kita patut memuji Tuhan dengan segala alat musik sebagaimana tertulis dalam Mazmur 150”, ungkapnya. Dalam kesempatan yang sama, St. Marihot Silalahi dari Departemen Musik Gereja HKBP Parapat menerangkan, musik uninguningan yang mereka pakai terdiri dari garantung, sulim, taganing, hasapi yang berkolaborasi dengan organ. Ia mengakui bahwa perpaduan antara organ dengan uninguningan memang tidaklah mudah apalagi untuk mengiringi lagu buku ende HKBP yang berbasis musik Jerman,  tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi peserta/ pemain musik uninguningan dan menjadi suatu hal yang unik dan menarik.